Pages

Banner 468 x 60px

 

Monday, November 5, 2018

PERTANIAN MODERN MENGUBAH DUNIA

0 comments

BAGAIMANA Anda mendapatkan bahan makanan? Apakah Anda membelinya atau menanam sendiri? Belum lama berselang, sebagian besar penduduk bumi adalah petani yang hidup dari hasil bercocok tanam mereka sendiri. Tetapi sekarang, di beberapa negeri industri, hanya 1 di antara 50 orang yang bertani. Bagaimana terjadinya perubahan besar ini?
        Kemajuan dalam efisiensi pertanian dimulai secara perlahan dan kemudian semakin pesat. Setiap perubahan itu mengharuskan jutaan keluarga membuat penyesuaian besar, dan proses ini masih terus berlanjut di seluruh dunia. Dengan melihat sekilas bagaimana pengaruh kemajuan dalam pertanian atas masyarakat, Anda dapat memahami keadaan dunia sekarang.
Perubahan Besar Mulai
        Di luar dugaan, salah satu perubahan besar yang menyebabkan ditinggalkannya pertanian tradisional di Eropa terjadi pada abad ke-12, ketika horse collar, semacam pelindung dada dan leher pada kuda, diperkenalkan. Berkat alat itu, kuda bisa dipekerjakan tanpa takut tercekik. Jadi, kuda yang diperlengkapi dengan alat ini dapat menarik lebih kuat, lebih cepat, dan lebih tahan lama dibanding sapi. Dengan tenaga kuda, para petani dapat meningkatkan produksi mereka. Mereka dapat menggunakan bajak besi untuk lahan yang tadinya mustahil digarap. Satu langkah maju lainnya adalah diperkenalkannya jenis tanaman yang dapat menyuburkan tanah​—seperti polong-polongan, kapri, semanggi, dan alfalfa—​yang memperkaya tanah dengan nitrogen. Tanah yang lebih subur menghasilkan panenan yang lebih limpah.
         Kemajuan awal ini memungkinkan para petani menanam tanaman pangan dalam jumlah sangat banyak dengan maksud untuk dijual. Alhasil, kota-kota bertumbuh pesat, karena orang-orang bisa membeli makanan dan bekerja sebagai produsen barang dan perajin. Dari kalangan produsen, perajin, dan petani yang kaya muncullah orang-orang yang menemukan mesin pertanian yang pertama.
         Sekitar tahun 1700, Jethro Tull, seorang petani Inggris, menemukan alat penabur benih yang ditarik kuda yang menggantikan pekerjaan menabur dengan tangan, yang sering kali memboroskan benih. Pada tahun 1831, di Amerika Serikat, Cyrus McCormick menemukan mesin penuai yang ditarik kuda yang dapat memanen gandum lima kali lebih cepat daripada yang dapat dilakukan orang yang menggunakan sabit. Selain itu, kira-kira pada waktu yang sama, para pedagang mulai membawa pupuk ke Eropa dari pesisir Andes di Amerika Selatan. Penggunaan mesin dan pupuk meningkatkan hasil pertanian secara luar biasa. Tetapi, bagaimana pengaruhnya atas masyarakat?
        Berkat kemajuan dalam pertanian terbukalah jalan bagi revolusi industri karena banyak makanan murah tersedia di kota. Revolusi ini mula-mula terjadi di Inggris sekitar tahun 1750-1850. Ribuan keluarga harus pindah ke kota-kota industri untuk bekerja di tambang batu bara, pabrik penuangan besi, galangan kapal, dan pabrik tekstil. Mereka tidak punya banyak pilihan. Petani kecil, yang tidak mampu menggunakan metode pertanian yang baru, hanya memperoleh sedikit uang dari panenan sehingga mereka tidak dapat membayar sewa. Mereka terpaksa meninggalkan ladang mereka dan tinggal di daerah-daerah perkotaan yang kumuh, padat, dan rawan penyakit. Keluarga-keluarga tidak lagi bertani bersama-sama karena kaum pria harus bekerja jauh dari rumah. Bahkan, anak-anak harus bekerja selama berjam-jam di pabrik-pabrik. Tak lama kemudian, negeri-negeri lain juga mengalami perubahan yang sama.
Teknologi Pertanian Menimbulkan Lebih Banyak Perubahan
           Menjelang tahun 1850, beberapa negeri telah menjadi cukup kaya untuk mendanai riset dalam bidang pertanian. Penelitian ilmiah dalam bidang pertanian terus menghasilkan perubahan hingga masa kita sekarang. Misalnya, para pembudidaya tanaman mempelajari genetika dan mengembangkan tanaman yang panenannya lebih banyak atau lebih tahan terhadap penyakit. Para peneliti juga menemukan campuran yang tepat dari nitrat dan fosfat yang diperlukan untuk jenis tanaman atau tanah tertentu. Seraya tanaman mulai tumbuh, para buruh tani sibuk menyiangi lalang. Tetapi, banyak di antara mereka yang kehilangan pekerjaan sewaktu para ilmuwan mengembangkan herbisida yang ampuh yang memperlambat tumbuhnya lalang. Serangga, ulat, dan kumbang moncong adalah musuh bebuyutan dari orang-orang yang bercocok tanam. Namun, sekarang bagi para petani tersedia banyak bahan kimia untuk membasmi hampir setiap jenis hama.*
           Kehidupan para peternak juga berubah. Berkat robot pemerah susu dan mesin pemberi makan ternak, seorang peternak dan pembantunya bisa mengurus hingga 200 ekor sapi. Para petani juga dapat menggemukkan anak-anak sapi dan babi lebih cepat dengan menaruh ternak itu bukan lagi di tempat terbuka melainkan di dalam bedeng khusus, sehingga suhu dan makanan mereka dapat diatur.
         Hasil yang dicapai melalui teknologi pertanian sering kali spektakuler. Beberapa petani meningkatkan hasil produksi mereka seratus atau bahkan seribu kali lipat per pekerja dibandingkan dengan masa sebelum mereka memanfaatkan kemajuan teknologi. Tetapi, apa pengaruh perkembangan ini atas kehidupan masyarakat?
Gaya Hidup Petani Berubah
            Mesin-mesin telah mengubah gaya hidup petani di banyak tempat. Kebanyakan petani dan buruh tani harus mempunyai keterampilan untuk menjalankan dan memelihara mesin-mesin yang canggih. Dan, semakin banyak petani yang bekerja sendirian. Tidak ada lagi gotong royong dalam menanam, mencangkul, dan memanen.
            Di banyak negeri, muncul kelas petani baru, petani yang juga menjadi pebisnis berpendidikan tinggi yang berspesialisasi untuk menghasilkan secara massal beberapa atau hanya satu jenis produk pertanian. Ia telah banyak berinvestasi dalam bentuk lahan, bangunan, dan mesin. Namun, ia masih bergantung kepada orang lain. Perusahaan raksasa yang mengolah makanan dan jaringan supermarket mendikte bukan saja harga melainkan juga jenis, ukuran, dan warna hasil pertanian itu. Para insinyur pertanian merancang sistem produksi, dan perusahaan-perusahaan yang berspesialisasi di bidang itu memasok pupuk yang tepat, pestisida, dan bibit hibrida yang cocok dengan keadaan lahan pertanian mereka. Sudah banyak kemajuan yang dicapai dibandingkan dengan cara bertani leluhurnya. Tetapi, ia masih terus berjuang, dan ada orang-orang yang khawatir akan kemungkinan timbulnya dampak yang membahayakan dari teknik pertanian tertentu.
Para Petani Masih Menghadapi Krisis
          Di negeri-negeri maju, masih banyak petani yang terpaksa kehilangan lahan mereka karena tidak dapat bersaing dengan perusahaan agrobisnis yang besar. Petani yang ingin tetap mempertahankan gaya hidup lama yang mereka sukai harus melakukan pekerjaan sambilan di bidang jasa, termasuk penyediaan akomodasi bagi para wisatawan atau memberikan pelayanan kepada orang yang berkemah, bermain golf, dan membuat barang kerajinan setempat. Yang lain lagi beralih ke bidang yang menghasilkan produk khusus seperti makanan organik, bunga, atau menangkar binatang-binatang langka.
            Di negeri-negeri yang lebih miskin, di mana sebanyak 80 persen penduduknya mungkin hidup dari bercocok tanam, banyak petani kecil juga mengalami perubahan besar yang tidak menyenangkan. Perusahaan-perusahaan internasional yang menggunakan metode pertanian industri bisa jadi membeli kebanyakan lahan yang terbaik untuk menghasilkan panenan yang dapat dijual ke tempat yang jauh. Para petani kecil sering mengerjakan lahan yang tandus atau ladang yang kecil dengan satu atau dua mesin saja, kalaupun mereka memilikinya, untuk menghasilkan makanan bagi keluarga mereka.
           Perpindahan penduduk secara besar-besaran dari desa ke kota yang sekarang terjadi di banyak negeri merupakan puncak proses yang sudah dimulai berabad-abad yang lalu. Perubahan dari gaya hidup agraris ke kehidupan perkotaan masih menguntungkan beberapa orang dan merugikan orang lain. Hanya ada sedikit pemerintah, kalaupun ada, yang menyediakan bantuan praktis bagi orang-orang yang terkena dampaknya. Umat manusia sungguh membutuhkan Kerajaan Allah, yang akan mendatangkan perubahan sehingga kehidupan kita menjadi lebih baik!​—Yesaya 9:6.
[Catatan Kaki]
Sedarlah! tidak mempromosikan teknik pertanian tertentu.
DUA CARA BERTANI
           Eusebio tinggal di Pegunungan Andes, di mana ia bercocok tanam dan memelihara 14 ekor ternak. ”Masing-masing mempunyai nama,” katanya. ”Saya senang bertani. Kami menanam semua sayuran yang kami butuhkan. Saya dan istri membantu tetangga kami membajak dan memanen, dan kemudian mereka membantu kami. Tidak ada yang menggunakan mesin. Kami membajak dengan lembu, dan di lahan yang curam kami menggunakan sekop.
           ”Suatu saat, sebagian besar ternak kami mati akibat penyakit. Setelah itu, saya mengikuti kursus singkat pemeliharaan kesehatan ternak. Sejak itu, tidak pernah ada lagi ternak kami yang mati karena penyakit, dan sekarang saya dapat membantu para tetangga merawat ternak mereka. Kami menjual keju ke pasar desa, tetapi penghasilan kami sangat sedikit. Namun, makanan selalu cukup bagi keenam anak kami.”
Richard mempunyai lahan pertanian di padang rumput Kanada seluas lebih dari 500 hektar. Ia bekerja sendiri, kecuali pada musim tanam dan panen ia mempekerjakan satu orang.
          ”Dewasa ini, tekanan yang dialami petani lebih banyak secara mental daripada secara fisik,” kata Richard. ”Baik traktor maupun mesin penuai yang saya miliki sudah dilengkapi dengan ruangan ber-AC yang dapat melindungi saya dari debu dan serangga. Saya juga memiliki mesin-mesin yang lebarnya 9 meter, sehingga dalam satu hari saja saya dapat menanami atau memanen lahan seluas 65 hektar. Tetapi, saya sangat bergantung pada mesin-mesin, dan itulah yang membuat saya stres. Kadang kala, saya harus meminjam uang untuk mengganti mesin-mesin itu. Apakah saya akan sanggup membayar pinjaman itu bergantung pada hal-hal yang di luar kendali saya—curah hujan, embun beku, harga di pasaran, dan bunga pinjaman bank. Stres dalam pertanian telah menimbulkan banyak masalah perkawinan di kalangan petani di sini, dan bahkan ada yang bunuh diri.”
Read more...
 
Dunia Pertanian © 2018