TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN MENGGUNAKAN SYSTEM AEROPONIK
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi penanaman dengan teknik
aeroponik merupakan teknologi bercocok tanam sayuran yang sudah mulai banyak
dilakukan oleh pengusaha agribisnis. Hasil produksi sayuran yang ditanam dengan
menggunakan teknologi ini sekarang ini sudah mulai banyak ditemukan di berbagai
pasar swalayan di kota-kota besar. Meskipun harganya tinggi, namun sayuran ini
selalu habis dibeli konsumen. Konsumen biasanya dari kalangan menengah keatas.
Alasan konsumen tetap memburu produk ini karena kualitas baik, higienis, sehat,
segar, renyah, beraroma dan citarasa tinggi.
Aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan ponus yang berarti daya. Jadi aeroponik
adalah memberdayakan udara. Aeroponik merupakan salah satu tipe dari hidroponik
karena air yang berisi larutan hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga
mengenai akar tanaman. Salah satu kunci keunggulan aeroponik adalah oksigenasi
dari tiap butiran kabut halus larutan hara sehingga respirasi akar lancar dan
menghasilkan banyak energi.
Pada awal usaha, biasanya
kualitas produksi merupakan tujuan kerja. Setelah itu disusul dengan kuantitas
dan kontinuitas. Untuk mencapai produk yang diharapkan, banyak faktor yang
mempengaruhi, seperti penguasaan sistem budidaya dan faktor lingkungan. Setelah
dapat berproduksi, kemampuan memasarkanpun diperlukan agar usaha tersebut
menguntungkan.
Investasi fasilitas produksi
budidaya secara aeroponik tidak murah, begitu pula sarana, tenaga kerja, dan
biaya operasionalnya. Dengan semakin majunya teknologi aeroponik, semakin
efektif penerapannya sehingga diharapkan ada efisiensi biaya, sedangkan
produksi diharapkan akan meningkat dengan pesat dan produksi yang dihasilkan
adalah produksi yang sehat dan berkualitas.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang budidaya menggunakan system aeroponik.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Aeroponik
Aeroponik
berasal dari kata aero yang berarti udara dan ponus yang berarti daya. Jadi
dapat di simpulkan aeroponik adalah memberdayakan dengan udara. Aeroponik
merupakan salah satu media tanam tanpa menggunakan tanah, tetapi hanya unsur
air atau larutan air yang disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar
tanaman.
Salah
satu keunggulan penanaman aeroponik adalah oksigenasi dari tiap butiran kabut
halus larutan hara sehingga respirasi akar lancar dan menghasilkan banyak
energi untuk pertumbuhan dalam jangka lama.
Selain
itu, kualitas dan kuantitas produksi merupakan tujuan dari para petani
untuk menghasilkan tanamannya. Namun, untuk mencapai itu banyak sekali
faktor yang mempengaruhi, berupa penguasaan sistem budidaya dan faktor
lingkungan. Dengan melakukan media ini semakin banyaknya penerapan sehingga di
harapkan biaya yang kecil dan juga produksi yang meningkat.
2.1.2 Manfaat Penanaman Aeroponik
·
Tanaman dapat mudah di tanam dengan lahan yang tidak
beraturan.
·
Tanaman ini menghasilkan produksi lebih tinggi.
·
Tanaman ini sangat tahan dan kuat terhadap serangan hama dan
penyakit.
·
Tanaman ini dapat berbuah tidak tergantung musiman.
·
Buah yang di tanam yang berkualitas tinggi
·
Tanaman media ini juga termasuk teknologi menengah
·
Jangka panen lebih cepat.
·
Tanaman juga bisa di lakukan tanpa pengelolahan lahan.
2.2 Metode Aeroponik
Secara detail, prinsip aeroponik
sebagai berikut. Stryrofoam yang digunakan berwarna putih, panjang 2 m, lebar 1
m dan tebal 3 cm. Stryrofoam dibor diameter 1.5 cm dengan jarak tanam 15 x 15
cm sehingga populasi yang diperoleh 44 tanaman/m2 atau 88 tanaman/helai
stryrofoam. Bibit yang berumur 12 hari dimasukkan ke dalam lubang tanam yang
dibantu dengan busa atau rockwool. Sekitar 30 cm dibawah helai stryrofoam
dipasang selang PE diameter 19 mm. Tiap 80 cm selang PE ditancapi sprinkler spray jet warna hijau dengan
curah (flowrate) 0,83 l/menit atau setara dengan 50b/jam dan bertekanan 1,5-2
atmosfir pada lubang (oritis) sprinkler.
Tenaga untuk mendorong digunakan
pompa dengan daya listrik (watt) antara 800-1.600 W dan dengan debit 200-240
l/m. pompa yang sedemikian kuatnya dapat melayani 100-150 sprinkler atau setara lahan produksi sekitar 200 m2. Tekanan
pompa min 1.5 atm, opt 2 atm (diukur dengan manometer).
Mengatur tekanan pompa perlu memperhitungkanhambatan-hambatan
yang ada dalam penyaluran aliran. Misalnya, pompa berada tepat di permukaan
tanah, sedangkan semua sprinkler berada pada 60 cm diatas permukaan tanah.
Tenaga untuk menaikkan 60 cm keatas merupakan hambatan yang akan mengurangi
tekanan dan harus diperhitungkan. Selain itu, adanya percabangaan T, siku (elbow) pada belokan, dan keran (ballvalve) juga dapat mengurangi
tekanan. Pipa penyalur yang kecil akan menghasilkan gesekan aliran larutan
dengan dinding pipa sehingga lebih baik menggunakan pipa atau selang berukuran
agak besar untuk mengurangi gesekan.
Filter digunakan untuk mengurangi
kotoran yang dapat menyumbat lubang sprinkler.
Terdapat beberapa macam ukuran filter dari yang kecil, sedang dan besar.Ukuran tersebut menggambarkan
jumlah liter aliran yang dapat dilalui per jam. Pancaran kekuatan tinggi akan
membentuk kabut butiran halus dengan jarak tembak lebih dari satu meter, dengan
turbulensi tinggi dan akan mengambang lama di udara sehingga dapai mengenai
seluruh sistem perakaran.
2.3 Jenis Tanaman Aeroponik
Peluang kebutuhan akan sayuran
berkualitaas sangat terbuka dengan makin banyaknya masyarakat yang berbelanja
ke pasar swalayan. Diversivikasi jenis sayuran perlu dilaksanakan untuk memenuhi
berbagai permintaan pasar. Hingga saat ini jenis sayuran yang banyak
dibudidayakan secara aeroponik antara lain berbagai kultivar selada (lettuce
keriting hijau, cos/romaine, butterhead, batavia, lollo rossa, iceberg, head
lettuce), pakchoy hijau dan putih, caysim, dan kailan serta horenzo yang baru
mulai dikembangan. Kangkung dan bayam juga dapat diusahakan secara aeroponik.
Dapat disimpulkan bahwa jenis
tanaman yang sering dibudidayakan secara aeroponik pada umumnya berupa sayuran
daun yang waktu panennya sekitar satu bulan setelah pindah tanam. Harga
jualkomoditas tersebut juga dipilih yang dapt memberikan keuntungan maksimal.
Tanaman rempah penyedap masakan, seperti oregano, parsley, thyme, dill dan
basil dapat diusahakan dalam volume kecil. Namun karena harga jualnya tinggi
maka konsumen atau target pasar ke hotek berbintang dan restpran eksklusif
2.4
Prasarana Serra
Istilah greenhouse menimbulkan
banyak persepsi. Oleh karena itu maka istilahnya diganti dengan serra. Serra
berasal dari kata serres (bahasa
Perancis) yang berarti atap yang tepinya bergerigi.
Serra atau greenhouse merupakan
bangunan yang dibuat untuk melindungi tanaman dari gangguan luar, misalnya
cahaya matahari, hujan, angin, maupun hama dan penyakit.
1. Serra Plastik
Rangka serra plastik berasal dari
kayu atau bambu. Adapun atapnya menggunakan platik UV (ultra violet). Sisi
serra plastik hendaknya diberikan kasa (screen) untuk untuk menghindari hama
masuk, ventilasi dan meredam kecepatan angin.
2. Serra Net
Atapnya terbuat dari net plastik
hitam untuk mengurangi intensitas cahaya, tetapi hama dapat masuk kebun dan air
hujan dapat masuk. Net mempunyai daya redam cahaya yang berbeda-beda, misalnya
45%, 55%, 65%, 75% dan 85%. Pada umumnya net yang digunakan 65% berarti 65 %
daari cahaya teredam dan hanya 35% yang dapat menembus masuk dalam serra.
Kelemahan menggunakan net adalah pada saat mendung atau pagi hari intensitas
yang masuk tidaak cukup untuk fotosintesis dengan baik
3. Serra Kasa
Terbuat dari kasa (screen nylon)
atau kasa nyamuk. Ada beberapa warna putih, hijau, kuning muda dan biru. Bila
menggunakan kasa putih maka cahaya akan leluasa masuk dalam serra. Bila
diinginkan cahaya yang agak redup karena disesuaikan dengan kebutuhan tanaman
maka dapat dipilih kasa yang berwarna hijau.
Kasa dapat ditembus oleh hujan
sehingga lahan menjadi besek daan lembab serta pekerja tidak daapat leluasa
melakukan perawatan. Dalam kondisi lembab, tanaman mudah terserang penyakit
cendawan. Air hujan dapat terakumulasi di bagian tengah kasa sehingg bagian
tersebut menggelendong.
2.5 Prasarana Irigasi
Yang dibutuhkan :
-
Tong
untuk pekatan nutrisi
-
Tandon
larutan
-
Pralon
-
Selang PE
-
Bak
tanaman
-
Pompa air
(bertekanan tinggi dan bervolume besar)
-
Sprinkler
-
Timer
2.6 Prasarana Peralatan
1. EC-meter (electro conductivity, penghantaran
listrik)
Merupakan alat untuk mengukur
kepekatan hara dalam larutan. Satuan ukurannya mS atau mmho. Pemakaiannya cukup
dicelepkan ke dalam larutan hara.
Tanaman sayuran |
Tanaman Sayur buah |
||
Bibit |
EC 1 mS |
Vegetatif |
EC rendah |
7-10 hari |
EC 1,5 mS |
Generatif |
2.5-3 mS |
15-18 hari hingga panen |
EC 2 mS |
|
|
2. TDS-meter (Tottal dissolved solutes/solids)
Merupakan jumlah bobot
garam-garam yang terlarut. Angka yang tertera mempunyai satuan ppm. TDS sekitar
700 ppm setara dengan EC 1 mS. Anjuran angka TDS 640 ppm atau 700 ppm.
3. PH-meter
Cara penggunaan dicelupkan pada
larutan nutrisi. Setelah alatnya dipakai maka harus dicuci dengan airbersih
atau aqua destilata sebelum digunakan untuk menera larutan lain.
4. Oksigen-meter
Sebenarnya oksigenasi pada
aeroponik tidak menimbulkan masalah karena butiran kabut yang halus akan
merambah oksigen yang berada diudara sehingga pada saat akar menyerap larutan
hara, oksigen terlarut telah mencukupi. Namun beberapa
pekebun tetap menginginkan pengukuran kadar oksigen pada larutan. Pengukuran
oksigen terlarut yang paling tepat ialah pada zona perakaran tetapi karena
harus dicelupkan maka pengukurannya dilakukan dalam tandon larutan hara.
5. Higrometer
Kelembaban optimal adalah 70%.
Higrometer dipasang ditengah pertanaman sekitar 30 cm diatas tajuk tanaman.
Dengan demikian kelembaban yang tercatat merupakan kelembaban di sekitar tajuk
tanaman. Dengan peletakan tersebut, angka RH-nya mudah terlihat dari kejauhan sehingga
kita dapat cepat bertindak bila terjadi penyimpangan.
6. Termometer
Alat pengukur suhu atau
temperatur kadang disatukan dengan higrometer sehingga pengamatannya hanya
sekali. Suhu udara optimum sekitar 250C untuk sayuran daun yang
dibudidayakan secara aeroponik. Suhu tersebut sebenarnya lebih disesuaikan
dengan jenis tanamannya. Karena pada umumnya jenis sayuran yang dibudidayakan
berasal dari negeri beriklim sedang.
2.7
Sarana Produksi
Komponen sarana produksi yaitu
komponen yang hanya sekali pakai habis, seperti benih, media semai, pupuk dan
pestisida. Pupuk yang digunakan dapat diramu sendiri atau dibeli. Perusahaan
besar biasanya meramu sendiri berdasarkan rumus tertentu
sehingga lebih fleksibel dan dapat disesuaikan dengan keadaan cuaca maupun
iklim.
2.8
Ekosistem Pada Budidaya Aeroponik
Ekosistem pertanian mempunyai
pengertian hubungan antara tanaman dengan komponen disekelilingnya sehingga
tercipta lingkungan hidup yang baik bagi tanaman. Di bawah ini diuraikan
komponen ekosistem dan cara merekayasa untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
A. Curah Hujan
Curah hujan berpengaruh secara
tidak langsung pada produksi aeroponik. Pada musim penghujan dengan kelembaban
tinggi maka akan banyak cendawan. Penggunaan serra plastik dapat melindungi
kebun dari hujan. Pada musim kemarau tanaman layu dan menguning. Pada kondisi
tersebut, hama akan menyerang tanaman karena mikroorganisme patogen yang
biasanya menyerang hama tidak dapat berkembang biak dalam kondisi kering.
B. Kelembaban
Kelembaban nisbi atau RH
(relative humidity) optimal sekitar 70%. Pada RH tersebut, turgor (tegangan
sel) dan proses fisiologi di dalam tanaman berlangsung dengan baik. Daya isap
air dan hara oleh akar juga masih cukup besar. Untuk
memonitor tingkat kelembaban di dalam bangunan dapat digunakan higrometer.
Tingkat kelembaban berpengaruh
terhadap evapotranspirasi, yaitu tenaga pengisap untuk mengangkat air dan hara
dari akar ke tajuk tanaman. Bila kelembaban udara terlalu tinggi maka
evapotranspirasi akan kecil. Kelembaban yang tinggi dipengaruhi oleh jarak
tanam. Kelembaban dibilang rendah apabila 50%. Tanaman yang layu sementara 1
jam saja dapat mengundur umur tanaman selama 2 hari.
Untuk mencegah turunnya RH dengan
sistem sprinkler didalam serra. Sistem ini dijalankan apabila RH dibawah 50%.
Kelembaban optimum dapat dicapai kembali dalam 10-15 menit.
C. Cahaya
Cahaya diperlukan untuk proses
fotosintesis, baik asimilasi CO2 untuk pembentukan karbohidrat maupun asimilasi
protein. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Disamping intensitas
cahaya, lama penyinaran juga mempengaruhi jumlah energi matahari yang sampai ke
bumi. Bila intensitas cahaya yang diterima tanaman terlalu besar maka gelombang
cahaya yang sampai ke helaian daun akan berubah menjadi panas yang tinggi.
Akibatnya, terjadi kekacauan proses fisiologi di dalam jaringan, klorofil rusak
dan warna daun berubah menjadi kuning atau disebut kebakaran (sunburn). Bila intensitas cahaya lebih
tinggi lagi, daun akan hangus (scorching). Pada musim penghujan untuk menjaga proses fotosintesis dengan
menambahkan unsur Mg dan Fe sebanyak 10% kedalam ramuan pupuk. Untuk
meningkatkan konsentrasi Fe biasanya digunakan kelat atau chelate Fe-EDTA.
Selang dan pipa yang digunakan harus kedap cahaya dan helai strofoam dipasang
secara rapat dan tidak dapat dilalui cahaya agar pertumbuhan ganggang dapat
dicegah. Selain itu dapat pula dipasang screen filter untuk menjaga kebersihan
larutan dari ganggang. Screen filter ini perlu dibuka sehari sekali lalu dibersihkan
dengan air dan sikat halus. Adanya ganggang perlu dicegah karena dapat
menyambut sprinkler.
D. Suhu
Konstruksi serra sebaiknya
berbentuk piggy back (punggung babi).
Untuk menurunkan suhu didalam serra dipasang sprinkler di bagian atas atap serra
dan didalam serra. Suhu tandon larutan yang ideal 210C. Di
Jakarta, tandon yang tidak kena sinar matahari dan tanpa chiller suhu dapat mencapai 26,60C. Pendapat bahwa suhu larytan di
tndon harus rendah didasarkan pada kenyataan bahwa pada suhubrendah kadar
oksigennya lebih tinggi.
E. Elevasi
Tinggi tempat mempengaruhi jenis
tanaman yang akan ditanam. Contoh sayuran dataran rendah yaitu kangkung, bayam,
pakchoy, caisim dan kailan. Adapun sayuran dataran tinggi antara lain head
lettuce, iceberg lettuce, cos/romaine, lollo rossa dan butterhead.
F. Angin
Angin berfungsi meniup udara
panas keluar serra, menurunkan kelembaban yang terlampau tinggi, udara segar
masuk membawa CO2.
G. Keasaman (pH)
Kesaran pH yang baik antara
5,5-6,5 dan optimum sekitar 6,0. untuk menurunkan pH dapat digunakan H3PO4 dan
untuk menaikkan pH digunakan KOH. Agar keasaman di larutan aeroponik dapat
stabil maka digunakan buffer MKP (monokalium fosfat – KH2PO4) yang
dapat menstabilkan pH sekitar 6,0. Bila ingin pH sekitar 5,5 dianjurkan menggunakan
MAP monoamonium fosfat (NH4H2PO4)
H. Air
Air hendaknya steril dengan
diberikan kaporit dengan dosis 3,2 g /m2 larutan hara didalam tandon dua kali
seminggu untuk membasmi mikroorganisme di dalam air.
I. Oksigen
Tanaman memerlukan oksigen untuk
melakukan respirasi. Pada aeroponik, air dipancarkan melalui sprinkler dengan
tenaga pompa bertekanan tinggi, 1,5-2 atmosfer, sehingga butiran air akan
mengabut. Tiap butiran kabut akan menangkap oksigen dari udara hingga mencapai
kadar maksimum oksigen terlarut sekitar 10 ppm pada suhu 250C.
J. Penghantaran Listrik
Untuk memproduksi sayuran daun
kadang ditingkatkan EC menjadi 2,5-3,0 bahkan 3,5 tetapi menyebabkan biaya
pupuk meningkat. Pemberian EC sebaiknya tidak lebih dari 4,5 mS karena hara
tidak terserap lagi oleh akar. Kadang dipakai cF (conductivity factor) yang angkanya 10 kali lipat sehingga EC 2,0
mS/cm menjadi cF 20.
2.9 Perbandingan Kelebihan Dan Kekurangan Cara
Aeroponik Dan Cara Tanam Di Tanah
|
|
|
ITEM |
AEROPONIK |
TANAM DI TANAH |
Kebutuhan Lahan |
Luasan
yang sempit masih bisa digunakan, kontur lahan
tidak harus datar, produktifitas lahan tinggi |
Harus
luas, realtif datar, perlu rotasi,
produktifitas lahan tergantung
jenis tanah |
Musim |
Tidak
tergantung musim. Catatan: yang dimaksud di sini
adalah kita bisa menanam sepanjang musim, walaupun
tentu di musim hujan produktifitas relatif turun
karena proses fotosintesis tidak berlangsung sempurna
seperti di musim panas |
Tergantung
musim |
Ketersediaan Barang |
Ada
sepanjang tahun |
Tidak
selalu ada sepanjang tahun |
Kualitas Barang |
Bersih,
sehat, renyah, aroma kurang |
Tidak
selalu bersih, belum tentu
sehat, relatif liat/alot, aroma
kuat |
Sarana
& prasarana |
Butuh
green house, suplai listrik yang relative besar, |
Tidak
butuh sarana yang mahal |
Teknologi |
Teknologi
menengah-tinggi |
Teknologi
sederhana |
Operator |
Harus
mengerti teknologi, sedikit orang |
Tidak
perlu mengerti teknologi,
banyak orang |
Investasi awal |
Sedang
– besar |
Kecil
– sedang |
Waktu |
Pendek
(1 bulan panen), tanpa pengolahan lahan, setiap hari
tanam-setiap hari panen |
Sedang-panjang
(1,5 – 2 bulan panen),
ada waktu untuk pengolahan
lahan, tidak bisa setiap
saat tanam dan panen |
|
||
Kepenuhan nutrisi |
Terpenuhi
karena kita bisa mengaturnya dengan ukuran (formula)
yang pasti. |
Tidak
selalu (pemenuhan kebutuhan
nutrisi sulit diukur dengan
tepat) |
Hama
dan penyakit |
Relatif
aman, terlindung oleh green house |
Beresiko karena ruang terbuka |
Fleksibilitas |
Tanaman
dapat dipindah-pindah tanpa tanpa mengganggu
pertumbuhan; contoh: pada saat pompa air
mati, tanaman dapat dipindah ke unit produksi yang lain. |
Tanaman
tidak bisa dipindah- pindah,
tanaman akan stress. |
|
||
Kecepatan adaptasi |
Saat
pindah tanam, bibit bisa langsung tumbuh tanpa aklimatisasi
lama |
Aklimatisasi
lama |
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aeroponik
merupakan salah satu media tanam tanpa menggunakan tanah, tetapi hanya unsur
air atau larutan air yang disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar
tanaman. Budidaya aeroponik sangat menguntungkan dan dapat memberikan manfaat
yang lebih.
Akan tetapi saat mau melakukan budidaya dengan system aeroponik kita harus merencanakan matang-matang, baik dari persiapan internal maupun eksternal ( termasuk modal). Itu semua bertujuan untuk terwujudnya produksi yang baik dan berkelanjutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Agung, L.S. 2008. System Aeroponik pada Sayuran. http://www.amazingfarm.com
Kurniawan, Fredi. Pengertian Aeroponik dan Manfaatnya. http://fredikurniawan.com/pengertian-aeroponik-dan-manfaatnya/
Sutiyoso,
Y. 2003. Aeroponik Sayuran. Budidaya dengan Sistem Pengabutan. Penebar Swadaya.
Jakarta