PENCEMARAN SERTA DAMPAK PUPUK DAN PESTISIDA KIMIA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran lingkungan yang terjadi
saat ini kebanyakan disebabkan oleh penggunaan bahan kimia yang berlebihan.
Dari sektor pertanian sendiri penggunaan bahan kimia yang dapat merusak
lingkungan adalah penggunaan pestisida dan pupuk . Hampir semua pertanian yang
ada saat ini menggunakan bahan kimia, baik pestisida maupun pupuk kimia.
Pestisida sendiri merupakan bahan
kimia yang dapat menurunkan OPT (Organisme pengganggu Tumbuhan), namun
sayangnya terkadang petani menggunakan pestisida berlebihan yang nantinya akan
berdampak pada pencemaran ligkungan. Untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan
gangguan kesehatan, sebaiknya memperhatikan informasi yang terperinci tentang
tingkat keracunan, keberadaan dalam tanah, jalan pengangkutan yang lebih
dominan dari berbagai herbisida, insektisida dan fungisida hendaknya diketahui.
Kondisi cuaca juga penting diperhatikan pada saat pengaplikasian.
(Kanalispolban. 2014)
Selain itu, adalah pupuk. Penggunaan ketergantungan petani
akan pupuk kimia semakin besar. Hal tersebut berdampak pada penggunaan pupuk
kimia yang berlebihan, sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah. Masalah
umum yang sering dihadapi seperti kesuburan tanah yang dalam hal ini
berhubungan dengan tanaman yang dibudidayakan. Karena begitu pentingnya
kesuburan tanah bagi petani, maka masalah ini perlu mendapat perhatian khusus.
Beberapa
tahun pertama memang peningkatan panen sangat terasa manfaatnya. Program
modernisasi pertanian mampu menjawab satu tantangan ketersediaan kebutuhan
pangan dunia yang kian hari terus meningkat. Namun setelah belasan tahun
penerapan pupuk kimia, penggunaan pupuk kimia mulai terlihat dampak dan efek
sampingnya. Bahan kimia sintetik yang digunakan dalam pertanian seperti pupuk
dan pestisida telah merusak struktur, kimia dan biologi tanah. Bahan pestisida
diyakini telah merusak ekosistem dan habitat beberapa binatang yang justru
menguntungkan petani sebagai predator hama tertentu. Di samping itu pestisida
telah menyebabkan imunitas pada beberapa hama. Lebih lanjut resiko kerusakan
ekologi menjadi tak terhindarkan dan terjadinya penurunan produksi membuat
ongkos produksi pertanian cenderung meningkat. Akhirnya terjadi inefisiensi
produksi dan melemahkan kegairahan bertani.
Pupuk
kimia yang sebelumnya berhasil meningkatkan produksi pertanian mulai
menunjukkan penurunan hasil. Untuk mengembalikan produktivitas, petani mulai
menambah dosis pupuk kimianya sehingga lama kelamaan biaya operasional jadi
meningkat, dan keuntungan petani semakin merosot. Dari tahun ke tahun hasil
produksi menyusut bahkan kini di beberapa daerah hasil pertanian sudah lebih
rendah daripada sebelum menggunakan pupuk kimia saat beberapa puluh tahun lalu.
(Mega, Reptiana. 2015)
1.2
Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Agar mahasiswa mempunyai pengetahuan
tentang pencemaran akibat pupuk dan pestisida kimia
2. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa
tentang dampak dari pupuk dan pestisida kimia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pestisida
Pestisida berasal dari kata pest
yang berarti hama dan sida yang berasal dari kata caedo berarti
pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai pembunuh hama.
Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk
mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai hama.
Pengertian pestisida menurut
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam Kementrian Pertanian (2011) dan
Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992 adalah semua zat kimia dan bahan
lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
1. Memberantas atau mencegah hama dan
penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
2. Memberantas rerumputan
3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan
yang tidak diinginkan
4. Memberantas atau mencegah hama-hama
luar pada hewan peliharaan atau ternak
5. Memberantas atau mencegah hama-hama
air
6. Memberantas atau mencegah
binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam bangunan rumah tangga alat
angkutan, dan alat-alat pertanian
7. Memberantas atau mencegah
binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang
yang perlu dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah dan air.
Menurut PP RI No.6 tahun 1995, pestisida
juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan
perangsang tubuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan
untuk perlindungan tanaman.
Sementara itu, The United States
Environmental Control Act mendefinisikan pestisida sebagai berikut :
1. Pestisida merupakan semua zat atau
campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis
gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta
jasad renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain
yang terdapat pada hewan dan manusia.
2. Pestisida merupakan semua zat atau
campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan atau mengeringkan
tanaman.
Menurut Depkes (2004), pestisida
kesehatan masyarakat adalah pestisida yang digunakan untuk pemberantasan vektor
penyakit menular (serangga, tikus) atau untuk pengendalian hama di rumah-rumah,
pekarangan, tempat kerja, tempat umum lain, termasuk sarana nagkutan dan tempat
penyimpanan/pergudangan. Pestisida terbatas adalah pestisida yang karena
sifatnya (fisik dan kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat
berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya diizinkan
untuk diedarkan, disimpan dan digunakan secara terbatas.
2.2. Jenis –
jenis Pestisida
Pestisida yang biasa digunakan para
petani dapat digolongkan menurut beberapa hal berikut :
2.2.1 Berdasarkan Fungsi/Sasaran
Penggunaannya
1. Insektisida adalah pestisida yang
digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat.
Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran
atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh : basudin,
basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon, dll.
2. Fungisida adalah pestisida untuk
memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/cendawan seperti bercak daun, karat
daun, busuk daun, dan cacar daun. Contohn: tembaga oksiklorida, tembaga (I)
oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.
3. Bakterisida adalah pestisida untuk
memberantas bakteri atau virus. Salah satu contoh bakterisida adalah tetramycin
yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang menyerang tanaman jeruk. Umumnya
bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat
biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan
dosis tertentu.
4. Rodentisida adalah pestisida yang
digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus.
Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau
jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan
ternak yang memakannya. Contoh : Warangan.
5. Nematisida adalah pestisida yang
digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis
ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya
digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni
tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas
nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal
dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.
6. Herbisida adalah pestisida yang
digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang,
rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh: ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.
2.2.2 Berdasarkan Bahan Aktifnya
1. Pestisida organik (Organic
pesticide)
Pestisida yang bahan aktifnya adalah
bahan organik yang berasal dari bagian tanaman atau binatang, misal: neem oil
yang berasal dari pohon mimba (neem).
2. Pestisida elemen (Elemental pesticide)
Pestisida yang bahan aktifnya
berasal dari alam seperti sulfur.
3. Pestisida kimia/sintetis (Syntetic
pesticide)
Pestisida yang berasal dari campuran
bahan-bahan kimia.
2.2.3 Berdasarkan Cara Kerjanya
1. Pestisida sistemik (Systemic
Pesticide)
Adalah pestisida yang diserap dan
dialirkan ke seluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang
memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian
tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk
mencegah tanaman dari serangan hama. Contoh : Neem oil.
2. Pestisida kontak langsung (Contact
pesticide)
Adalah pestisida yang reaksinya akan
bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun sedang
berjalan. Jika hama sudah menyerang lebih baik menggunakan jenis pestisida ini.
Sebagian besar pestisida kimia termasuk ke dalam jenis ini.
2.2.4 Berdasarkan Cara Penggunaan
Dalam bidang pertanian , pestisida dapat digunakan dengan
berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Penyemprotan(Spraying)
Penyemprotan adalah cara penggunaan
pestisida yang paling banyak dipakai oleh petani. Diperkirakan 75 % penggunaan
pestisida dilakukan dengan cara penyemprotan. Dalam penyemprotan larutan
pestisida (pestisida diatambah air) dipecah oleh nozzel (spuyer) atau atomizer
menjadi butiran semprot atau droplet. Bentuk sediaan (formulasi) yang digunakan
dengan cara penyemprotan meliputi E.C; W.P; WS atau SP. Sedangkan penyemprotan
dengan volume ultra rendah (Ultra low volume) digunakan formulasi ULV. Dengan
menggunakan alat khusus yang disebut mikroner.
b. Pengasapanatau Fogging
Pengasapan adalah penyemprotan
pestisida dengan volume rendah dengan ukuran droplet yang halus. Perbedaannya
dengan penyemprotan biasa adalah yang dibuat pencampur pestisida adalah minyak
solar dan bukan air. Campuran tersebut kemudian dipanaskan sehingga menjadi
semacam kabut asap yang kemudian dihembuskan. Fogging banyak digunakan untuk
mengendalikan hama gudang, hama tanaman perkebunan serta vektor penyakit
dilingkungan misalnya untuk mengendalikan nyamuk malaria.
c. Penghembusan (Dusting)
Penghembusan merupakan cara
penggunaan pestisida yang diformulasikan dalam bentuk tepung hembus (D, dust)
dengan menggunakan alat penghembus (duster). Jadi penggunaannya dalam bentuk
kering.
d. Penaburan (broadcasting) pestisida
butiran (Granuler)
Penaburan pestisida butiran adalah
cara penggunaan pestisida yang diformulasikan dalam bentuk butiran dengan cara
ditaburkan. Penaburan dapat dilakukan dengan tanganlangsung atau dengan
menggunakan alat penabur (granule broadcaster).
e. Perawatan benih (Seed dressing ,
Seed treatment, Seed coating)
Perawatan benih adalah cara
penggunaan pestisida untuk melindung benih sebelum benih ditanam agar kecambah
dan tanaman muda tidak diserang oleh hama atau penyakit. Pestisida yang digunakan
adalah formulasi SD atau ST.
f. Pencelupan (Dipping)
Pencelupan adalah penggunaan
pestisida untuk melindung tanaman (bibit, cangkok, stek)agar terhindar dari
serangan hama maupun penyakit. Pencelupan dilakukan dengan mencelupkan bibit
atau stek ke dalam larutan pestisida.
g. Fumigasi (Fumigation)
Fumigasi adalah aplikasi pestisida
fumigan baik yang berbentuk padat, cair maupun gas dalam ruangan terttutup.
Fumigasi umumnya digunakan untuk melindungi hasil panen dari kerusakan karena
serangan hama atau penyakit ditempat penyimpanan. Fumigan dimasukkan ke dalam
ruangan gudang yang selanjutnya akan berubah kedalam bentuk gas (fumigan cair
maupun padat) yang beracun untuk membunuh OPT sasaran yang ada dalam ruangan
tersebut.
h. Injeksi
Injeksi adalah penggunaan pestisida
dengan cara memasukkan kedalam batang tanaman, baik dengan alat khusus (injeksi
ataupun infus) maupun dengan jalan mengebor tanaman. Pestisida yng diinjeksikan
akan tersebar keseluruh tanaman bersamaan dengan aliran makanan dalam jaringan tanaman.
Injeksi dapat juga digunakan untuk sterilisasi tanah.
i. Penyiraman ( drenching, Pouring
On ).
Penyiraman adalah penggunaan
pestisida dengan cara dituangkan disekitar akar tanaman untuk mengendalikan
hama atau penyakit di daerah perakaran atau dituangkan pada sarang semut atau
sarang rayap
2.3. Dampak
Pemakaian Pestisida
2.3.1 Dampak Positif
1. Pestisida berperan dalam
mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian.
2. Dalam bidang kehutanan pestisida
digunakan untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya.
3. Dalam bidang kesehatan dan rumah
tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang
pengganggu kenyamanan lingkungan.
4. Dalam bidang perumahan untuk
pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.
2.3.2 Dampak Negatif
Disisi lain penggunaan pestisida
telah menimbulkan dampak negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi
kelestarian lingkungan. Adapun dampak negatif yang dapat terjadi akibat
penggunaan pestisida, diantaranya :
1. Bagi kesehatan manusia
Tanaman yang diberi pestisida dapat
menyerap pestisida yang kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan
buah. Pestisida yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan
tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh
mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Pestisida meracuni manusia tidak
hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau
sesudah menggunakan pestisida tersebut.
Bila seorang ibu menyusui memakan
makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka bayi yang disusui
menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut
daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu
yang diberikan. Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi
(bioakumulasi).
Gejala-gejala keracunan pestisida
ini dapat timbul secara sendiri atau gabungan, diantaranya adalah sebagai
berikut :
·
Umum :
kelelahan.
·
Kulit :
iritasi, terbakar, berkeringat, alergi.
·
Mata :
iritasi, mata merah, penglihatan
kabur,
mata berair, pupil melebar
atau
menyempit.
·
Sistem
pencernaan : mulut atau
kerongkongan terbakar,
keluar
air ludah, muntah, sakit atau
kram
perut, diare.
·
Sistem
pernapasan : sulit bernapas,
batuk-batuk, sakit
dada.
2. Bagi lingkungan sekitar
Pestisida yang tidak dapat terurai
akan terbawa aliran air dan masuk ke dalam sistem biota air (kehidupan air).
Konsentrasi pestisida yang tinggi dalam air dapat membunuh organisme air
diantaranya ikan dan udang. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni
organisme kecil seperti plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia
akan terakumulasi dalam tubuh ikan.
Tentu saja akan sangat berbahaya bila
ikan tersebut termakan oleh burung-burung atau manusia. Salah satu kasus yang
pernah terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan coklat dan burung kasa
dari daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata
burung-burung tersebut banyak yang tercemar oleh pestisida organiklor yang
menjadi penyebab rusaknya dinding telur burung itu sehingga gagal ketika
dierami. Bila dibiarkan terus tentu saja perkembangbiakan burung itu akan
terhenti, dan akhirnya jenis burung itu akan punah.
3. Bagi perkembangan populasi hama
pengganggu
Ada kemungkinan munculnya hama
spesies baru yang tahan terhadap takaran pestisida yang diterapkan. Hama ini
baru musnah bila takaran pestisida diperbesar jumlahnya. Akibatnya, jelas akan
mempercepat dan memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada makhluk hidup dan
lingkungan kehidupan, tidak terkecuali manusia yang menjadi pelaku utamanya.
4. Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap
pestisida yang kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah.
Pestisida yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan
tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh
mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Bila seorang ibu menyusui memakan
makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka bayi yang disusui
menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut
daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu
yang diberikan. Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi
(bioakumulasi).
5. Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa
aliran air dan masuk ke dalam sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi
pestisida yang tinggi dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya ikan
dan udang. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti
plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi dalam
tubuh ikan. Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan
tersebut termakan oleh burung-burung atau manusia. Salah satu kasus yang pernah
terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan coklat dan burung kasa dari
daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata burung-burung
tersebut banyak yang tercemar oleh pestisida organiklor yang menjadi penyebab
rusaknya dinding telur burung itu sehingga gagal ketika dierami. Bila dibiarkan
terus tentu saja perkembangbiakan burung itu akan terhenti, dan akhirnya jenis
burung itu akan punah.
6.
Resurgensi
Bila suatu jenis hama setelah memperoleh
perlakuan pestisida berkembang menjadi lebih banyak dibanding dengan yang tanpa
perlakuan pestisida, maka fenomena itu disebut resurgensi. Faktor penyebab
terjadinya resurgesi antara lain adalah (a) butir semprotan pestisida tidak sampai
pada tempat hama berkumpul dan makan; (b) kurangnya pengaruh residu pestisida
untuk membunuh nimfa hama yang menetas sehingga resisten terhadap pestisida;
(c) predator alam mati terbunuh pestisida; (d) pengaruh fisiologis insektisida
kepada kesuburan hama. Hama bertelur lebih banyak dengan angka kematian hama
yang menurun; (e) pengaruh fisiologis pestisida kepada tanaman sedemikian rupa
sehingga hama dapat hidup lebih subur (Djojosumarto, 2000)..
7.
Merusak keseimbangan ekosistem
Penggunaan pestisida seperti insektisida,
fungisida dan herbisida untuk membasmi hama tanaman, hewan, dan gulma (tanaman
benalu) yang bisa mengganggu produksi tanaman sering menimbulkan komplikasi
lingkungan (Supardi, 1994). Penekanan populasi insekta hama tanaman dengan
menggunakan insektisida, juga akan mempengaruhi predator dan parasitnya,
termasuk serangga lainnya yang memangsa spesies hama dapat ikut terbunuh .
Misalnya, burung dan vertebrata lain pemakan spesies yang terkena insektisida
akan terancam kehidupannya. Sehingga dengan demikian bersamaan dengan
menurunnya jumlah individu spesies hama, menurun pula parasitnya. Sebagai
contoh misalnya kasus di Inggris,, dilaporkan bahwa di daerah pertanian
dijumpai residu organochlorin yang
tidak berpengaruh pada rodentia tanah .
Tapi sebaliknya, pada burung pemangsa Falcotinnunculus dan Tyto alba, yang
semata-mata makanannya tergantung pada rodentia tanah tersebut mengandung
residu tinggi, bahkan pada tingkat yang sangat fatal. Se bagai akibatnya,
banyak burung-burung pemangsa yang mati. Begitu juga pada binatang jenis
kelelawar. Golongan ini ternyata tidak terlepas dari pengaruh pestisida. Dari
31 ekor kelelawar yang diteliti, semuanya mengandung residu senyawa Organochhlorin dengan DDE (Hendrawan,
2002).
2.4 Pencemaran
Akibat Penggunaan Pestisida
2.4.1 Kasus Pencemaran Air
1. Akibat kebocoran pabrik pestisida.
Di Amerika, di tepi sungai
Mississipi (dekade 60-an). Akibat bocornya pabrik tersebut, ribuan ton
pestisida (endrin) terbuang percuma ke sungai Mississipi dan ribuan ton ikan, yang
diperkirakan 150 juta ekor ikan mati sia-sia. Nasib sengsara bagi masyarakat
sekitarnya. Kebutuhan ikan masyarakat Mississipi sekarang tidak dapat lagi
terpenuhi. Timbul bau busuk yang dihasilkan. Kasus yang sama juga terjadi di Indonesia, yaitu di Teluk Nibung,
Sumatera utara, sungai Musi, dll
2.4.2 Pencemaran Udara
Kasus di sebelah timur Illionis,
Amerika Serikat. Pada tahun 1954 telah dilakukan penyemprotan suatu senyawa
organochlorin dengan maksud memusnahkan Japanese beetle (kumbang Jepang). Tapi ternyata
banyak spesies burung ikut musnah di daerah penyemprotan. Nasib yang sama
dialami pula oleh kucing, tupai, insecta predator, dll.
2.4.3 Pencemaran Tanah
Di dalam segumpal tanah pertanian
yang beratnya 0,5 g, terdapat kira-kira 1 trilyun bakteri, 200 juta jamur, 25
juta alga, 15 juta protozoa dan juga cacing, insekta dan makhluk kecil lainnya.
Pemakaian zat kimia beracun yang tidak terkendali ini menyebabkan biota-biota
yang terdapat didalam tanah mati sehingga tanah menjadi tidak subur lagi sampai
akhirnya gersang.
2.5 Cara Menanggulangi Pencemaran Pestisida
Ada beberapa langkah untuk
mengurangi residu yang menempel pada sayuran, antara lain :
1. Mencucinya secara bersih dengan
menggunakan air yang mengalir, bukan dengan air diam. Jika yang kita gunakan
air diam (direndam) justru sangat memungkinkan racun yang telah larut menempel
kembali ke sayuran. Berbagai percobaan menunjukkan bahwa pencucian bisa
menurunkan residu sebanyak 70% untuk jenis pestisida karbaril dan hampir 50%
untuk DDT. Mencuci sayur sebaiknya jangan lupa membersihkan bagian-bagian yang
terlindung mengingat bagian ini pun tak luput dari semprotan petani. Untuk
kubis misalnya, lazim kita lihat petani mengarahkan belalai alat semprot ke
arah krop (bagian bulat dari kubis yang dimakan) sehingga memungkinkan
pestisida masuk ke bagian dalam krop.
2. Perendaman dalam air panas
(blanching) juga dapat menurunkan residu. Ada baiknya kita mengurangi konsumsi
sayur yang masih mentah karena diperkirakan mengandung residu lebih tinggi
dibanding kalau sudah dimasak terlebih dulu. Pemasakan atau pengolahan baik
dalam skala rumah tangga atau industri terbukti dapat menekan tekanan kandungan
residu pestisida pada sayuran.
3. Untuk mengurangi dampak penggunaan
pestisida dapat pula dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau
pestisida yang berasal dari tumbuhan (biopestisida). Biopestisida tidak
mencemari lingkungan karena bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga
relatif aman bagi ternak peliharaan dan manusia. Sebagai contoh adalah air rebusan
dari batang dan daun tomat dapat digunakan untuk memberantas ulat dan lalat
hijau. Kita juga dapat menggunakan air rebusan daun kemanggi untuk memberantas
serangga. Selain tumbuhan tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang mengandung
bioaktif pestisida seperti tanaman mindi, bunga mentega, rumput mala, tuba,
kunir, kucai, dll.
Pestisida adalah bahan yang
berbahaya tetapi akan aman bila digunakan sesuai dengan aturannya.
Berikut ini beberapa pestisida
alternatif yang dapat digunakan, ketimbang kita menghadirkan racun ke dalam
rumah, yang dapat saja merugikan keluarga dan lingkuan sekitar kita,
diantaranya :
1. Kutu Putih
pada daun atau batang.
Dapat digunakan bawang putih yang ditumbuk dan diperas
airnya serta dicampurkan dengan air sesuai dosis yang diperlukan. Jika kutu
melekat erat pada tanaman, dapat digunakan campuran sedikit minyak kelapa.
Semprotkan campuran tersebut pada tanaman yang terserang hama.
2. Mengatasi
nyamuk.
Dapat menggunakan kain kelambu. Sebuah sapu lidi kecil
sebagai pemukul juga sama ampuhnya dengan raket beraliran listrik. jangan lupa
pasang kasa pada pintu dan jendela. Kemudian menyebarkan bunga melati atau
kamboja di ruangan dapat juga mengurangi nyamuk.
3. Untuk
Tikus.
Buah jengkol dapat ditebarkan di
sekitar tanaman atau di depan lubang sarang tikus. Atau dengan merendam irisan
jengkol pada air selama 2 hari. Lalu semprotkan pada tanaman padi yang belum
berisi akan menekan serangan walang sangit. Selain dengan menggunakan buah
jengkol, anda juga dapat menggunakan campuran gips kapur, tepung, sedikit gula
dan bubuk coklat, lalu taburkan campuran tersebut ditempat tikus biasa
ditemukan.
4. Berbagai
serangga.
Air rebusan cabai rawit yang telah
dingin dan dicampur dengan air lagi serta disemprotkan ke tanaman akan mengusir
berbagai jenis serangga perusak tanaman. Selain itu dapat juga menggunakan air
rebusan daun kemangi atau daun pepaya yang kering ataupun yang masih segar.
5. Aphids.
Air rebusan dari campuran tembakau dan teh dapat
mengendalikan aphid pada tanaman sayuran dan kacang-kacangan. Air hasil rebusan
di campurkan kembali dengan air sehingga lebih encer.
6. Beberapa
serangga dan nematoda akar.
Dengan menggunakan bunga kenikir (Bunga Tai Kotok) yang
direndamkan oleh air panas mendidih. Biarkan semalam lalu saring. Hasil saringan
tersebut disiramkan ke media tanaman. Penting diperhatikan media yang digunakan
mudah dilalui oleh air.
7. Mengendalikan
serangga, nematoda dan jamur.
Dengan membuat air hasil rendaman tumbukan biji nimba dengan
air selama tiga hari. Lalu siram pada tanaman, umumnya efektif pada tanaman
sayuran.
8. Mengatasi
ngengat.
Gunakan merica utuh atau buatlah bungkusan berisi bunga
mawar kering dan daun mint kering, letakkan di lemari atau laci.
9. Mengusir
lalat.
Gantungkan setandan cengkih dalam ruangan. Cara lain ialah
dengan membuat lem perekat dari kertas perekat yang berwarna kuning terang yang
diolesi sedikit madu. Atau dengan menggunakan kulit jeruk yang digores,
letakkan di tempat yang banyak lalat.
10.
Mengatasi kecoa.
Campurlah tepung gandum dengan gips kapur dengan
perbandingan sama, atau campuran baking soda dan gula, lalu taburkan di daerah
yang ditempati kecoa. Dapat juga dengan menaruh beberapa lembar daun salam
(segar) di area yang dijelajahi kecoa.
11.
Mengatasi semut.
Taburkan bubuk cabe rawit atau bubuk kopi di tempat semut
biasa datang, dapat juga menggunakan perasan jeruk atau letakkan kulit jeruk
pada tempat semut datang.
2.6 Cara
Mencegah Pencemaran Pestisida
Sayur-sayuran memang diperlukan
tubuh untuk mencukupi kebutuhan kita akan berbagai mineral dan vitamin penting.
Tetapi, karena di sana ada bahaya, kehati-hatian sangatlah dituntut dalam hal
ini. Berikut adalah upaya untuk mencegah dampak negatif dari pemakaian
pestisida :
1.
Ada baiknya kita mengetahui dari mana sayur itu dihasilkan.
Tetapi paling aman pastilah kalau kita menghasilkan sayuran sendiri, dengan
memanfaatkan pekarangan rumah, dengan pot sekalipun.
2.
Karena pestisida tidak hanya beracun bagi hama, tetapi dapat
juga mematikan organisme yang berguna, ternak piaraan, dan bahkan manusia, maka
agar terhindar dari dampak negatif yang timbul, penyimpanan dan penggunaannya
harus dilakukan secara hati-hati dan dilakukan sesuai petunjuk.
3.
Ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu
pestisida. Jangan sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan
untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati,
sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar.
4.
Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang
dianjurkan pabrik atau petugas penyuluh.
5.
Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan
terlebih dahulu pada penyuluh. Jangan telat memberantas hama, bila penyuluh
telah menganjurkan menggunakannya.
6.
Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti
jenis hama dan kadang-kadang usia tanaman juga diperhatikan.
7.
Gunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan
sampai tercecer.
2.7 Pengertian Pupuk Kimia
Pupuk
kimia
adalah jenis pupuk buatan yang
banyak mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman. Misalnya unsur Nitrogen
(N), Fosfor, Kalium, dan lain sebagainya. (Dasar Pertanian. 2017)
2.8 Sejarah
Penggunaan Pupuk Kimia di Indonesia
Di Indonesia, penggunaan pupuk kimia merupakan bagian dari
Revolusi Hijau, sebuah proyek pada masa pemerintahan Orde Baru untuk mendorong
produktivitas pertanian dengan menggunakan teknologi modern, yang diadakan
sejak tahun 1990‑an. Gebrakan revolusi hijau di Indonesia memang terlihat pada
dekade 1980‑an. Waktu itu, pemerintah mengkomando penanaman padi, pemaksaan
pemakaian bibit impor, pupuk kimia, dll. Indonesia yang Berjaya saat itu sempat
mengalami swasembada beras.
Namun hal itu tidak berlangsung lama. Pada dekade
1990‑an, petani mulai kelabakan menghadapi kesuburan tanah yang merosot,
ketergantungan pemakaian pupuk kimia ( anorganik) yang makin meningkat, dll.
Revolusi hijau memang pernah meningkatkan produktivitas pertanian Indonesia.
Untuk penggunaan pupuk anorganik, hal ini berdampak:
1. Berbagai organisme penyubur tanah musnah karena pupuk anorganik
2. Kesuburan tanah yang merosot / tandus.
3. Keseimbangan ekosistem tanah yang rusak.
4. Terjadi peledakan dan serangan jumlah hama.
Pupuk adalah bahan kimia/organisme yang menyediakan
unsur bagi tanaman, baik secara langsung atau tidak langsung. Sedangkan pupuk
anorganik atau yang lebih dikenal dengan
pupuk kimia seperti Urea, NPK, KCl adalah hasil rekayasa industri secara kimia,
fisik, dan biologis. Kandungan dalam pupuk kimia bermacam-macam dan sebagian
besar mengandung unsur pembawa. Unsur pembawa tersebut berupa molekul kimiawi
yang diketahui berdampak buruk bagi kesuburan tanah. Seperti yang telah
diketahui bahwa pupuk kimia adalah zat subtitusi yang dibutuhkan tanaman,
sehingga sangat penting keberadaannya. Tidak semua zat tersebut dapat diserap
oleh tanaman, sebagian molekul kimiawi akan merusak regenerasi humus dan
sebagian yang lainnya akan hilang karena penguapan dan pencucian yang terbawa
oleh air hujan (run off).
2.9 Dampak Negatif Penggunaan Pupuk Kimia
Alasan utama kenapa pupuk kimia dapat menimbulkan
pencemaran pada tanah karena dalam prakteknya, banyak kandungan yang terbuang.
Penggunaan pupuk buatan (an‑organik) yang terus‑menerus akan mempercepat
habisnya zat‑zat organik, merusak keseimbangan zat‑zat makanan di dalam tanah,
sehingga menimbulkan berbagai penyakit tanaman. Pupuk kimia adalah zat
substansi kandungan hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Akan tetapi seharusnya unsur hara tersebut ada di
tanah secara alami dengan adanya siklus hara tanah misalnya tanaman yang mati
kemudian dimakan binatang pengerat/herbivora, kotorannya atau sisa tumbuhan
tersebut diuraikan oleh organisme seperti bakteri, cacing, jamur dan lainnya.
Siklus inilah yang seharusnya dijaga, jika menggunakan pupuk kimia terutama
bila berlebihan maka akan memutuskan siklus hara tanah tersebut terutama akan
mematikan organisme tanah, jadinya akan hanya subur di masa sekarang tetapi
tidak subur di masa mendatang.
Untuk itu sebenarnya perlu dijaga dengan pola tetap
menggunakan pupuk organik bukan pupuk kimia. Dampaknya zat hara yang terkandung
dalam tanah menjadi diikat oleh molekul molekul kimiawi dari pupuk sehingga
proses regenerasi humus tak dapat dilakukan lagi. Akibatnya ketahanan
tanah/daya dukung tanah dalam memproduksi menjadi kurang hingga nantinya
tandus. Tak hanya itu penggunaan pupuk kimiawi secara terus‑menerus menjadikan
menguatnya resistensi hama akan suatu pestisida pertanian. Masalah lainnya
adalah penggunaan Urea biasanya sangat boros. Selama pemupukan Nitrogen dengan
urea tidak pernah maksimal karena kandungan nitrogen pada urea hanya sekitar
40‑60% saja. Jumlah yang hilang mencapai 50% disebabkan oleh penguapan,
pencucian (leaching) serta terbawa air hujan (run off).
Efek lain dari penggunaan pupuk kimia juga mengurangi
dan menekan populasi mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanah yang
sangat bermanfaat bagi tanaman. Lapisan tanah yang saat ini ada sudah parah
kondisi kerusakannya oleh karena pemakaian pupuk kimia yang terus menerus dan
berlangsung lama, sehingga mengakibatkan:
a. Kondisi tanah menjadi keras
b. Tanah semakin lapar dan haus pupuk
c. Banyak residu pestisida dan insektisida yang tertinggal dalam tanah
d. Mikroorganisme tanah semakin menipis
e. Banyak Mikroorganisme yang merugikan berkembang biak dengan baik
f. Tanah semakin miskin unsur hara baik makro maupun mikro
g. Tidak semua pupuk dapat diserap oleh tanaman.
2.10 Upaya Mencegah Kerusakan Tanah Akibat Penggunaan Pupuk Kimia
Berbagai usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
pencemaran tanah oleh pupuk kimia antara
lain:
a.
Menggunakan pupuk sesuai takaran,
b.
Peningkatan efisiensi produk pupuk dengan menggunakan mikroorganisme.
c.
Mengurangi penggunaan pupuk kimia.
d.
Memadukan penggunaan dengan pupuk organik.
e.
Harus cermat dalam memilih serta menggunakan pupuk kimia.
f.
Penggunaan pestisida antara lain dengan menggunakan beberapa jenis tanaman
maupun biji untuk dimanfaatkan sebagai pestisida nabati.
Dengan berbagai langkah konkret tersebut diharapkan
akan berhasil mengembalikan kesuburan tanah seperti sedia kala.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pestisida dan pupuk kimia memiliki manfaat yang besar
untuk keberlangsungan dari pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Pupuk kimia
dan pestisida dinilai sebagai zat perangsang yang sangat cepat untuk tanaman.
Akan tetapi tanpa kita sadari, semakin lama dan semakin banyak kita menggunakan
kedua bahan tersebut bukan hanya kualitas dan produktivitas kita yang menurun
akan tetapi kondisi tanah dan lahan kita akan mengalami kerusaka akibat
banyaknya kandungan residu didalam tanah.
Oleh karena itu sudah saatnya kita Back To Nature dan
menyelamatkan lahan pertanian kita dengan menggunakan bahan-bahan organic yaitu
bahan yang kualitas kesehatannya lebih terjamin dan tidak merusak lahan atau
tanah yang kita pakai.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Cara Mencegah Pencemaran Tanah. [Serial Online]. http://www.wedaran.com/19621/caramencegahpencemarantanah/ Diakses 6 Maret 2015.
Arif, Adiba. 2015. Pengaruh Bahan Kimia Terhadap
Penggunaan Pestisida Lingkungan. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasannudin.
Budianta, Dedik. 2010. Pentingnya Etika
Lingkungan untuk Meminimalkan Global Warming. Fakultas Pertanian dan Program Studi Lingkungan, Universitas Sriwijaya.
Dasar Pertanian. 2017. Jenis-jenis pupuk kimia,
kandungan dan kegunaannya. Diakses Pada tanggal 16 April 2019 melalui web
: http://dasar-pertanian.blogspot.com/2017/07/jenis-jenis-pupuk-kimia-kandungan-dan.html
Djojosumarto, P. 2000.
Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Hendrawan
R. 2002. Saat Ini Beredar Sekitar 70.000 Pestisida di Dunia, FAO Larang
Pestisida Senyawa ”Asbestos” .
Pikiran Rakyat Cyber Media. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0702/27/0606.htm.
Tanggal sitasi 25 Juni 2006.
Kanalispolban. 2014. Makalah Pencemaran Pestisida.
Diakses Pada tanggal 16 April 2019 melalui web : https://kanalispolban.wordpress.com/chemlib/makalah/makalah-pencemaran-pestisida/
Karyadi. 2008. Dampak Penggunaan Pupuk dan
Pestisida yang Berlebihan Terhadap Kandungan Residu Tanah Pertanian Bawang
Merah di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal. Jurnal Agronomi, 26 (1): 12-22.
Mega, Reptiana Lilis. 2015. Kerusakan Tanah Akibat Penggunaan Pupuk Kimia Berlebih Pada Lahan Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Mukti, Abdul. 2012. Etika Pengelolaan Lingkungan Hidup. Fakultas Pertanian
Universitas Palangkaraya.
Nabila Nailatus Sakina. 2009. Pencemaran Tanah Oleh Pupuk. [Serial Online] https://ilmuwanmuda.wordpress.com/pencemarantanaholehpupuk/ Diakses 6 Maret 2015.
Romli,Musta’in. 2012. Dampak
Negatif Pupuk Kimia Terhadap Kesuburan Tanah. Politeknik Negeri Lampung.
Wardhana, Wisnu Arya. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi.
0 comments:
Post a Comment