Pages

Banner 468 x 60px

 

Monday, July 11, 2022

PENCEMARAN SERTA DAMPAK PUPUK DAN PESTISIDA KIMIA

0 comments

 PENCEMARAN SERTA DAMPAK PUPUK DAN PESTISIDA KIMIA



BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini kebanyakan disebabkan oleh penggunaan bahan kimia yang berlebihan. Dari sektor pertanian sendiri penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan adalah penggunaan pestisida dan pupuk . Hampir semua pertanian yang ada saat ini menggunakan bahan kimia, baik pestisida maupun pupuk kimia.

Pestisida sendiri merupakan bahan kimia yang dapat menurunkan OPT (Organisme pengganggu Tumbuhan), namun sayangnya terkadang petani menggunakan pestisida berlebihan yang nantinya akan berdampak pada pencemaran ligkungan. Untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan, sebaiknya memperhatikan informasi yang terperinci tentang tingkat keracunan, keberadaan dalam tanah, jalan pengangkutan yang lebih dominan dari berbagai herbisida, insektisida dan fungisida hendaknya diketahui. Kondisi cuaca juga penting diperhatikan pada saat pengaplikasian. (Kanalispolban. 2014)

Selain itu, adalah pupuk. Penggunaan ketergantungan petani akan pupuk kimia semakin besar. Hal tersebut berdampak pada penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah. Masalah umum yang sering dihadapi seperti kesuburan tanah yang dalam hal ini berhubungan dengan tanaman yang dibudidayakan. Karena begitu pentingnya kesuburan tanah bagi petani, maka masalah ini perlu mendapat perhatian khusus.

Beberapa tahun pertama memang peningkatan panen sangat terasa manfaatnya. Program modernisasi pertanian mampu menjawab satu tantangan ketersediaan kebutuhan pangan dunia yang kian hari terus meningkat. Namun setelah belasan tahun penerapan pupuk kimia, penggunaan pupuk kimia mulai terlihat dampak dan efek sampingnya. Bahan kimia sintetik yang digunakan dalam pertanian seperti pupuk dan pestisida telah merusak struktur, kimia dan biologi tanah. Bahan pestisida diyakini telah merusak ekosistem dan habitat beberapa binatang yang justru menguntungkan petani sebagai predator hama tertentu. Di samping itu pestisida telah menyebabkan imunitas pada beberapa hama. Lebih lanjut resiko kerusakan ekologi menjadi tak terhindarkan dan terjadinya penurunan produksi membuat ongkos produksi pertanian cenderung meningkat. Akhirnya terjadi inefisiensi produksi dan melemahkan kegairahan bertani.

Pupuk kimia yang sebelumnya berhasil meningkatkan produksi pertanian mulai menunjukkan penurunan hasil. Untuk mengembalikan produktivitas, petani mulai menambah dosis pupuk kimianya sehingga lama kelamaan biaya operasional jadi meningkat, dan keuntungan petani semakin merosot. Dari tahun ke tahun hasil produksi menyusut bahkan kini di beberapa daerah hasil pertanian sudah lebih rendah daripada sebelum menggunakan pupuk kimia saat beberapa puluh tahun lalu. (Mega, Reptiana. 2015)

1.2  Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1.      Agar mahasiswa mempunyai pengetahuan tentang pencemaran akibat pupuk dan pestisida kimia

2.      Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang dampak dari pupuk dan pestisida kimia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 Pengertian Pestisida

Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal dari kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai pembunuh hama. Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai hama.

Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam Kementrian Pertanian (2011) dan Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992  adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

1.      Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian

2.      Memberantas rerumputan

3.      Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan

4.      Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak

5.      Memberantas atau mencegah hama-hama air

6.      Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam bangunan rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian

7.      Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah dan air.

Menurut PP RI No.6 tahun 1995, pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang tubuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan tanaman.

Sementara itu, The United States Environmental Control Act mendefinisikan pestisida sebagai berikut :

1.      Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia.

2.      Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.

Menurut Depkes (2004), pestisida kesehatan masyarakat adalah pestisida yang digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular (serangga, tikus) atau untuk pengendalian hama di rumah-rumah, pekarangan, tempat kerja, tempat umum lain, termasuk sarana nagkutan dan tempat penyimpanan/pergudangan. Pestisida terbatas adalah pestisida yang karena sifatnya (fisik dan kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya diizinkan untuk diedarkan, disimpan dan digunakan secara terbatas.

2.2. Jenis – jenis Pestisida

Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan menurut beberapa hal berikut :

2.2.1 Berdasarkan Fungsi/Sasaran Penggunaannya

1.      Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon, dll.

2.      Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contohn: tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.

3.      Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salah satu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang menyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.

4.      Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya. Contoh : Warangan.

5.      Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.

6.      Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh: ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.

2.2.2 Berdasarkan Bahan Aktifnya

1.      Pestisida organik (Organic pesticide)

Pestisida yang bahan aktifnya adalah bahan organik yang berasal dari bagian tanaman atau binatang, misal: neem oil yang berasal dari pohon mimba (neem).

2.      Pestisida elemen (Elemental pesticide)

Pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam seperti sulfur.

3.      Pestisida kimia/sintetis (Syntetic pesticide)

Pestisida yang berasal dari campuran bahan-bahan kimia.

 

 

2.2.3 Berdasarkan Cara Kerjanya

1.      Pestisida sistemik (Systemic Pesticide)

Adalah pestisida yang diserap dan dialirkan ke seluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari serangan hama. Contoh : Neem oil.

2.      Pestisida kontak langsung (Contact pesticide)

Adalah pestisida yang reaksinya akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun sedang berjalan. Jika hama sudah menyerang lebih baik menggunakan jenis pestisida ini. Sebagian besar pestisida kimia termasuk ke dalam jenis ini.

2.2.4 Berdasarkan Cara Penggunaan

Dalam bidang pertanian , pestisida dapat digunakan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut :

a.       Penyemprotan(Spraying)

Penyemprotan adalah cara penggunaan pestisida yang paling banyak dipakai oleh petani. Diperkirakan 75 % penggunaan pestisida dilakukan dengan cara penyemprotan. Dalam penyemprotan larutan pestisida (pestisida diatambah air) dipecah oleh nozzel (spuyer) atau atomizer menjadi butiran semprot atau droplet. Bentuk sediaan (formulasi) yang digunakan dengan cara penyemprotan meliputi E.C; W.P; WS atau SP. Sedangkan penyemprotan dengan volume ultra rendah (Ultra low volume) digunakan formulasi ULV. Dengan menggunakan alat khusus yang disebut mikroner.

b.      Pengasapanatau Fogging

Pengasapan adalah penyemprotan pestisida dengan volume rendah dengan ukuran droplet yang halus. Perbedaannya dengan penyemprotan biasa adalah yang dibuat pencampur pestisida adalah minyak solar dan bukan air. Campuran tersebut kemudian dipanaskan sehingga menjadi semacam kabut asap yang kemudian dihembuskan. Fogging banyak digunakan untuk mengendalikan hama gudang, hama tanaman perkebunan serta vektor penyakit dilingkungan misalnya untuk mengendalikan nyamuk malaria.

c.    Penghembusan (Dusting)

Penghembusan merupakan cara penggunaan pestisida yang diformulasikan dalam bentuk tepung hembus (D, dust) dengan menggunakan alat penghembus (duster). Jadi penggunaannya dalam bentuk kering.

d. Penaburan (broadcasting) pestisida butiran (Granuler)

Penaburan pestisida butiran adalah cara penggunaan pestisida yang diformulasikan dalam bentuk butiran dengan cara ditaburkan. Penaburan dapat dilakukan dengan tanganlangsung atau dengan menggunakan alat penabur (granule broadcaster).

e. Perawatan benih (Seed dressing , Seed treatment, Seed coating)

Perawatan benih adalah cara penggunaan pestisida untuk melindung benih sebelum benih ditanam agar kecambah dan tanaman muda tidak diserang oleh hama atau penyakit. Pestisida yang digunakan adalah formulasi SD atau ST.

f. Pencelupan (Dipping)

Pencelupan adalah penggunaan pestisida untuk melindung tanaman (bibit, cangkok, stek)agar terhindar dari serangan hama maupun penyakit. Pencelupan dilakukan dengan mencelupkan bibit atau stek ke dalam larutan pestisida.

g. Fumigasi (Fumigation)

Fumigasi adalah aplikasi pestisida fumigan baik yang berbentuk padat, cair maupun gas dalam ruangan terttutup. Fumigasi umumnya digunakan untuk melindungi hasil panen dari kerusakan karena serangan hama atau penyakit ditempat penyimpanan. Fumigan dimasukkan ke dalam ruangan gudang yang selanjutnya akan berubah kedalam bentuk gas (fumigan cair maupun padat) yang beracun untuk membunuh OPT sasaran yang ada dalam ruangan tersebut.

h. Injeksi

Injeksi adalah penggunaan pestisida dengan cara memasukkan kedalam batang tanaman, baik dengan alat khusus (injeksi ataupun infus) maupun dengan jalan mengebor tanaman. Pestisida yng diinjeksikan akan tersebar keseluruh tanaman bersamaan dengan aliran makanan dalam jaringan tanaman. Injeksi dapat juga digunakan untuk sterilisasi tanah.

i. Penyiraman ( drenching, Pouring On ).

Penyiraman adalah penggunaan pestisida dengan cara dituangkan disekitar akar tanaman untuk mengendalikan hama atau penyakit di daerah perakaran atau dituangkan pada sarang semut atau sarang rayap

2.3. Dampak Pemakaian Pestisida

2.3.1 Dampak Positif

1.      Pestisida berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian.

2.      Dalam bidang kehutanan pestisida digunakan untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya.

3.      Dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan.

4.      Dalam bidang perumahan untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.

2.3.2 Dampak Negatif

Disisi lain penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Adapun dampak negatif yang dapat terjadi akibat penggunaan pestisida, diantaranya :

 

1.      Bagi kesehatan manusia

Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah menggunakan pestisida tersebut.

Bila seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka bayi yang disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang diberikan. Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi).

Gejala-gejala keracunan pestisida ini dapat timbul secara sendiri atau gabungan, diantaranya adalah sebagai berikut :

·       Umum                           : kelelahan.

·       Kulit                              : iritasi, terbakar, berkeringat, alergi.

·       Mata                              : iritasi, mata merah, penglihatan
                                         kabur, mata berair, pupil melebar
                                         atau menyempit.

·       Sistem pencernaan        : mulut atau kerongkongan terbakar,
                                         keluar air ludah, muntah, sakit atau
                                         kram perut, diare.

·         Sistem pernapasan        : sulit bernapas, batuk-batuk, sakit
                                         dada.

2.    Bagi lingkungan sekitar

Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk ke dalam sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi pestisida yang tinggi dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya ikan dan udang. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi dalam tubuh ikan.

Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut termakan oleh burung-burung atau manusia. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan coklat dan burung kasa dari daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata burung-burung tersebut banyak yang tercemar oleh pestisida organiklor yang menjadi penyebab rusaknya dinding telur burung itu sehingga gagal ketika dierami. Bila dibiarkan terus tentu saja perkembangbiakan burung itu akan terhenti, dan akhirnya jenis burung itu akan punah.

3.      Bagi perkembangan populasi hama pengganggu

Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan terhadap takaran pestisida yang diterapkan. Hama ini baru musnah bila takaran pestisida diperbesar jumlahnya. Akibatnya, jelas akan mempercepat dan memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada makhluk hidup dan lingkungan kehidupan, tidak terkecuali manusia yang menjadi pelaku utamanya.

4.      Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Bila seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka bayi yang disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang diberikan. Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi).

5.      Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk ke dalam sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi pestisida yang tinggi dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya ikan dan udang. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi dalam tubuh ikan. Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut termakan oleh burung-burung atau manusia. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan coklat dan burung kasa dari daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata burung-burung tersebut banyak yang tercemar oleh pestisida organiklor yang menjadi penyebab rusaknya dinding telur burung itu sehingga gagal ketika dierami. Bila dibiarkan terus tentu saja perkembangbiakan burung itu akan terhenti, dan akhirnya jenis burung itu akan punah.

6.      Resurgensi

Bila suatu jenis hama setelah memperoleh perlakuan pestisida berkembang menjadi lebih banyak dibanding dengan yang tanpa perlakuan pestisida, maka fenomena itu disebut resurgensi. Faktor penyebab terjadinya resurgesi antara lain adalah (a) butir semprotan pestisida tidak sampai pada tempat hama berkumpul dan makan; (b) kurangnya pengaruh residu pestisida untuk membunuh nimfa hama yang menetas sehingga resisten terhadap pestisida; (c) predator alam mati terbunuh pestisida; (d) pengaruh fisiologis insektisida kepada kesuburan hama. Hama bertelur lebih banyak dengan angka kematian hama yang menurun; (e) pengaruh fisiologis pestisida kepada tanaman sedemikian rupa sehingga hama dapat hidup lebih subur (Djojosumarto, 2000)..

7.      Merusak keseimbangan ekosistem

Penggunaan pestisida seperti insektisida, fungisida dan herbisida untuk membasmi hama tanaman, hewan, dan gulma (tanaman benalu) yang bisa mengganggu produksi tanaman sering menimbulkan komplikasi lingkungan (Supardi, 1994). Penekanan populasi insekta hama tanaman dengan menggunakan insektisida, juga akan mempengaruhi predator dan parasitnya, termasuk serangga lainnya yang memangsa spesies hama dapat ikut terbunuh . Misalnya, burung dan vertebrata lain pemakan spesies yang terkena insektisida akan terancam kehidupannya. Sehingga dengan demikian bersamaan dengan menurunnya jumlah individu spesies hama, menurun pula parasitnya. Sebagai contoh misalnya kasus di Inggris,, dilaporkan bahwa di daerah pertanian dijumpai residu organochlorin yang tidak berpengaruh pada rodentia tanah .

Tapi sebaliknya, pada burung pemangsa Falcotinnunculus dan Tyto alba, yang semata-mata makanannya tergantung pada rodentia tanah tersebut mengandung residu tinggi, bahkan pada tingkat yang sangat fatal. Se bagai akibatnya, banyak burung-burung pemangsa yang mati. Begitu juga pada binatang jenis kelelawar. Golongan ini ternyata tidak terlepas dari pengaruh pestisida. Dari 31 ekor kelelawar yang diteliti, semuanya mengandung residu senyawa Organochhlorin dengan DDE (Hendrawan, 2002).

2.4 Pencemaran Akibat Penggunaan Pestisida

2.4.1 Kasus Pencemaran Air

1.      Akibat kebocoran pabrik pestisida.

Di Amerika, di tepi sungai Mississipi (dekade 60-an). Akibat bocornya pabrik tersebut, ribuan ton pestisida (endrin) terbuang percuma ke sungai Mississipi dan ribuan ton ikan, yang diperkirakan 150 juta ekor ikan mati sia-sia. Nasib sengsara bagi masyarakat sekitarnya. Kebutuhan ikan masyarakat Mississipi sekarang tidak dapat lagi terpenuhi. Timbul bau busuk yang dihasilkan. Kasus yang sama juga terjadi di Indonesia, yaitu di Teluk Nibung, Sumatera utara, sungai Musi, dll

2.4.2 Pencemaran Udara

Kasus di sebelah timur Illionis, Amerika Serikat. Pada tahun 1954 telah dilakukan penyemprotan suatu senyawa organochlorin dengan maksud memusnahkan Japanese beetle (kumbang Jepang). Tapi ternyata banyak spesies burung ikut musnah di daerah penyemprotan. Nasib yang sama dialami pula oleh kucing, tupai, insecta predator, dll.

2.4.3 Pencemaran Tanah

Di dalam segumpal tanah pertanian yang beratnya 0,5 g, terdapat kira-kira 1 trilyun bakteri, 200 juta jamur, 25 juta alga, 15 juta protozoa dan juga cacing, insekta dan makhluk kecil lainnya. Pemakaian zat kimia beracun yang tidak terkendali ini menyebabkan biota-biota yang terdapat didalam tanah mati sehingga tanah menjadi tidak subur lagi sampai akhirnya gersang.

 2.5  Cara Menanggulangi Pencemaran Pestisida

Ada beberapa langkah untuk mengurangi residu yang menempel pada sayuran, antara lain :

1.      Mencucinya secara bersih dengan menggunakan air yang mengalir, bukan dengan air diam. Jika yang kita gunakan air diam (direndam) justru sangat memungkinkan racun yang telah larut menempel kembali ke sayuran. Berbagai percobaan menunjukkan bahwa pencucian bisa menurunkan residu sebanyak 70% untuk jenis pestisida karbaril dan hampir 50% untuk DDT. Mencuci sayur sebaiknya jangan lupa membersihkan bagian-bagian yang terlindung mengingat bagian ini pun tak luput dari semprotan petani. Untuk kubis misalnya, lazim kita lihat petani mengarahkan belalai alat semprot ke arah krop (bagian bulat dari kubis yang dimakan) sehingga memungkinkan pestisida masuk ke bagian dalam krop.

2.      Perendaman dalam air panas (blanching) juga dapat menurunkan residu. Ada baiknya kita mengurangi konsumsi sayur yang masih mentah karena diperkirakan mengandung residu lebih tinggi dibanding kalau sudah dimasak terlebih dulu. Pemasakan atau pengolahan baik dalam skala rumah tangga atau industri terbukti dapat menekan tekanan kandungan residu pestisida pada sayuran.

3.      Untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat pula dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal dari tumbuhan (biopestisida). Biopestisida tidak mencemari lingkungan karena bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga relatif aman bagi ternak peliharaan dan manusia. Sebagai contoh adalah air rebusan dari batang dan daun tomat dapat digunakan untuk memberantas ulat dan lalat hijau. Kita juga dapat menggunakan air rebusan daun kemanggi untuk memberantas serangga. Selain tumbuhan tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang mengandung bioaktif pestisida seperti tanaman mindi, bunga mentega, rumput mala, tuba, kunir, kucai, dll.

Pestisida adalah bahan yang berbahaya tetapi akan aman bila digunakan sesuai dengan aturannya.

Berikut ini beberapa pestisida alternatif yang dapat digunakan, ketimbang kita menghadirkan racun ke dalam rumah, yang dapat saja merugikan keluarga dan lingkuan sekitar kita, diantaranya :

1.    Kutu Putih pada daun atau batang.

Dapat digunakan bawang putih yang ditumbuk dan diperas airnya serta dicampurkan dengan air sesuai dosis yang diperlukan. Jika kutu melekat erat pada tanaman, dapat digunakan campuran sedikit minyak kelapa. Semprotkan campuran tersebut pada tanaman yang terserang hama.

2.    Mengatasi nyamuk.

Dapat menggunakan kain kelambu. Sebuah sapu lidi kecil sebagai pemukul juga sama ampuhnya dengan raket beraliran listrik. jangan lupa pasang kasa pada pintu dan jendela. Kemudian menyebarkan bunga melati atau kamboja di ruangan dapat juga mengurangi nyamuk.

3.    Untuk Tikus.

Buah jengkol dapat ditebarkan di sekitar tanaman atau di depan lubang sarang tikus. Atau dengan merendam irisan jengkol pada air selama 2 hari. Lalu semprotkan pada tanaman padi yang belum berisi akan menekan serangan walang sangit. Selain dengan menggunakan buah jengkol, anda juga dapat menggunakan campuran gips kapur, tepung, sedikit gula dan bubuk coklat, lalu taburkan campuran tersebut ditempat tikus biasa ditemukan.

4.    Berbagai serangga.

Air rebusan cabai rawit yang telah dingin dan dicampur dengan air lagi serta disemprotkan ke tanaman akan mengusir berbagai jenis serangga perusak tanaman. Selain itu dapat juga menggunakan air rebusan daun kemangi atau daun pepaya yang kering ataupun yang masih segar.

5.    Aphids.

Air rebusan dari campuran tembakau dan teh dapat mengendalikan aphid pada tanaman sayuran dan kacang-kacangan. Air hasil rebusan di campurkan kembali dengan air sehingga lebih encer.

6.    Beberapa serangga dan nematoda akar.

Dengan menggunakan bunga kenikir (Bunga Tai Kotok) yang direndamkan oleh air panas mendidih. Biarkan semalam lalu saring. Hasil saringan tersebut disiramkan ke media tanaman. Penting diperhatikan media yang digunakan mudah dilalui oleh air.

7.    Mengendalikan serangga, nematoda dan jamur.

Dengan membuat air hasil rendaman tumbukan biji nimba dengan air selama tiga hari. Lalu siram pada tanaman, umumnya efektif pada tanaman sayuran.

8.    Mengatasi ngengat.

Gunakan merica utuh atau buatlah bungkusan berisi bunga mawar kering dan daun mint kering, letakkan di lemari atau laci.

9.    Mengusir lalat.

Gantungkan setandan cengkih dalam ruangan. Cara lain ialah dengan membuat lem perekat dari kertas perekat yang berwarna kuning terang yang diolesi sedikit madu. Atau dengan menggunakan kulit jeruk yang digores, letakkan di tempat yang banyak lalat.

10.               Mengatasi kecoa.

Campurlah tepung gandum dengan gips kapur dengan perbandingan sama, atau campuran baking soda dan gula, lalu taburkan di daerah yang ditempati kecoa. Dapat juga dengan menaruh beberapa lembar daun salam (segar) di area yang dijelajahi kecoa.

11.               Mengatasi semut.

Taburkan bubuk cabe rawit atau bubuk kopi di tempat semut biasa datang, dapat juga menggunakan perasan jeruk atau letakkan kulit jeruk pada tempat semut datang.

2.6 Cara Mencegah Pencemaran Pestisida

Sayur-sayuran memang diperlukan tubuh untuk mencukupi kebutuhan kita akan berbagai mineral dan vitamin penting. Tetapi, karena di sana ada bahaya, kehati-hatian sangatlah dituntut dalam hal ini. Berikut adalah upaya untuk mencegah dampak negatif dari pemakaian pestisida :

1.        Ada baiknya kita mengetahui dari mana sayur itu dihasilkan. Tetapi paling aman pastilah kalau kita menghasilkan sayuran sendiri, dengan memanfaatkan pekarangan rumah, dengan pot sekalipun.

2.        Karena pestisida tidak hanya beracun bagi hama, tetapi dapat juga mematikan organisme yang berguna, ternak piaraan, dan bahkan manusia, maka agar terhindar dari dampak negatif yang timbul, penyimpanan dan penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati dan dilakukan sesuai petunjuk.

3.        Ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida. Jangan sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum tentu mati, sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar.

4.        Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan pabrik atau petugas penyuluh.

5.        Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan terlebih dahulu pada penyuluh. Jangan telat memberantas hama, bila penyuluh telah menganjurkan menggunakannya.

6.        Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama dan kadang-kadang usia tanaman juga diperhatikan.

7.        Gunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan sampai tercecer.

 

 

2.7 Pengertian Pupuk Kimia

Pupuk kimia adalah jenis pupuk buatan yang banyak mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman. Misalnya unsur Nitrogen (N), Fosfor, Kalium, dan lain sebagainya. (Dasar Pertanian. 2017)

2.8  Sejarah Penggunaan Pupuk Kimia di Indonesia

Di Indonesia, penggunaan pupuk kimia merupakan bagian dari Revolusi Hijau, sebuah proyek pada masa pemerintahan Orde Baru untuk mendorong produktivitas pertanian dengan menggunakan teknologi modern, yang diadakan sejak tahun 1990‑an. Gebrakan revolusi hijau di Indonesia memang terlihat pada dekade 1980‑an. Waktu itu, pemerintah mengkomando penanaman padi, pemaksaan pemakaian bibit impor, pupuk kimia, dll. Indonesia yang Berjaya saat itu sempat mengalami swasembada beras.

Namun hal itu tidak berlangsung lama. Pada dekade 1990‑an, petani mulai kelabakan menghadapi kesuburan tanah yang merosot, ketergantungan pemakaian pupuk kimia ( anorganik) yang makin meningkat, dll. Revolusi hijau memang pernah meningkatkan produktivitas pertanian Indonesia. Untuk penggunaan pupuk anorganik, hal ini berdampak:

1. Berbagai organisme penyubur tanah musnah karena pupuk anorganik

2. Kesuburan tanah yang merosot / tandus.

3. Keseimbangan ekosistem tanah yang rusak.

4. Terjadi peledakan dan serangan jumlah hama.

Pupuk adalah bahan kimia/organisme yang menyediakan unsur bagi tanaman, baik secara langsung atau tidak langsung. Sedangkan pupuk anorganik  atau yang lebih dikenal dengan pupuk kimia seperti Urea, NPK, KCl adalah hasil rekayasa industri secara kimia, fisik, dan biologis. Kandungan dalam pupuk kimia bermacam-macam dan sebagian besar mengandung unsur pembawa. Unsur pembawa tersebut berupa molekul kimiawi yang diketahui berdampak buruk bagi kesuburan tanah. Seperti yang telah diketahui bahwa pupuk kimia adalah zat subtitusi yang dibutuhkan tanaman, sehingga sangat penting keberadaannya. Tidak semua zat tersebut dapat diserap oleh tanaman, sebagian molekul kimiawi akan merusak regenerasi humus dan sebagian yang lainnya akan hilang karena penguapan dan pencucian yang terbawa oleh air hujan (run off).

2.9 Dampak Negatif Penggunaan Pupuk Kimia

Alasan utama kenapa pupuk kimia dapat menimbulkan pencemaran pada tanah karena dalam prakteknya, banyak kandungan yang terbuang. Penggunaan pupuk buatan (an‑organik) yang terus‑menerus akan mempercepat habisnya zat‑zat organik, merusak keseimbangan zat‑zat makanan di dalam tanah, sehingga menimbulkan berbagai penyakit tanaman. Pupuk kimia adalah zat substansi kandungan hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Akan  tetapi seharusnya unsur hara tersebut ada di tanah secara alami dengan adanya siklus hara tanah misalnya tanaman yang mati kemudian dimakan binatang pengerat/herbivora, kotorannya atau sisa tumbuhan tersebut diuraikan oleh organisme seperti bakteri, cacing, jamur dan lainnya. Siklus inilah yang seharusnya dijaga, jika menggunakan pupuk kimia terutama bila berlebihan maka akan memutuskan siklus hara tanah tersebut terutama akan mematikan organisme tanah, jadinya akan hanya subur di masa sekarang tetapi tidak subur di masa mendatang.

Untuk itu sebenarnya perlu dijaga dengan pola tetap menggunakan pupuk organik bukan pupuk kimia. Dampaknya zat hara yang terkandung dalam tanah menjadi diikat oleh molekul molekul kimiawi dari pupuk sehingga proses regenerasi humus tak dapat dilakukan lagi. Akibatnya ketahanan tanah/daya dukung tanah dalam memproduksi menjadi kurang hingga nantinya tandus. Tak hanya itu penggunaan pupuk kimiawi secara terus‑menerus menjadikan menguatnya resistensi hama akan suatu pestisida pertanian. Masalah lainnya adalah penggunaan Urea biasanya sangat boros. Selama pemupukan Nitrogen dengan urea tidak pernah maksimal karena kandungan nitrogen pada urea hanya sekitar 40‑60% saja. Jumlah yang hilang mencapai 50% disebabkan oleh penguapan, pencucian (leaching) serta terbawa air hujan (run off).

Efek lain dari penggunaan pupuk kimia juga mengurangi dan menekan populasi mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi tanah yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Lapisan tanah yang saat ini ada sudah parah kondisi kerusakannya oleh karena pemakaian pupuk kimia yang terus menerus dan berlangsung lama, sehingga mengakibatkan:

a. Kondisi tanah menjadi keras

b. Tanah semakin lapar dan haus pupuk

c. Banyak residu pestisida dan insektisida yang tertinggal dalam tanah

d. Mikroorganisme tanah semakin menipis

e. Banyak Mikroorganisme yang merugikan berkembang biak dengan baik

f. Tanah semakin miskin unsur hara baik makro maupun mikro

g. Tidak semua pupuk dapat diserap oleh tanaman.

2.10 Upaya Mencegah Kerusakan Tanah Akibat Penggunaan Pupuk Kimia

Berbagai usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pencemaran tanah oleh pupuk kimia antara lain:

a.    Menggunakan pupuk sesuai takaran,

b.    Peningkatan efisiensi produk pupuk dengan menggunakan mikroorganisme.

c.    Mengurangi penggunaan pupuk kimia.

d.    Memadukan penggunaan dengan pupuk organik.

e.    Harus cermat dalam memilih serta menggunakan pupuk kimia.

f.     Penggunaan pestisida antara lain dengan menggunakan beberapa jenis tanaman maupun biji untuk dimanfaatkan sebagai pestisida nabati.

Dengan berbagai langkah konkret tersebut diharapkan akan berhasil mengembalikan kesuburan tanah seperti sedia kala.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1 Kesimpulan

Pestisida dan pupuk kimia memiliki manfaat yang besar untuk keberlangsungan dari pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Pupuk kimia dan pestisida dinilai sebagai zat perangsang yang sangat cepat untuk tanaman. Akan tetapi tanpa kita sadari, semakin lama dan semakin banyak kita menggunakan kedua bahan tersebut bukan hanya kualitas dan produktivitas kita yang menurun akan tetapi kondisi tanah dan lahan kita akan mengalami kerusaka akibat banyaknya kandungan residu didalam tanah.

Oleh karena itu sudah saatnya kita Back To Nature dan menyelamatkan lahan pertanian kita dengan menggunakan bahan-bahan organic yaitu bahan yang kualitas kesehatannya lebih terjamin dan tidak merusak lahan atau tanah yang kita pakai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anonim. 2013. Cara Mencegah Pencemaran Tanah. [Serial Online]. http://www.wedaran.com/19621/caramencegahpencemarantanah/ Diakses 6 Maret 2015.

 

Arif, Adiba. 2015. Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Penggunaan Pestisida Lingkungan. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasannudin.

 

Budianta, Dedik. 2010. Pentingnya Etika Lingkungan untuk Meminimalkan Global Warming. Fakultas Pertanian dan Program Studi Lingkungan, Universitas Sriwijaya.

 

Dasar Pertanian. 2017. Jenis-jenis pupuk kimia, kandungan dan kegunaannya. Diakses Pada tanggal 16 April 2019 melalui web :  http://dasar-pertanian.blogspot.com/2017/07/jenis-jenis-pupuk-kimia-kandungan-dan.html

 

Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

 

Hendrawan R. 2002. Saat Ini Beredar Sekitar 70.000 Pestisida di Dunia, FAO Larang Pestisida Senyawa ”Asbestos” . Pikiran Rakyat Cyber Media. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0702/27/0606.htm. Tanggal sitasi 25 Juni 2006.

 

Kanalispolban. 2014. Makalah Pencemaran Pestisida. Diakses Pada tanggal 16 April 2019 melalui web :   https://kanalispolban.wordpress.com/chemlib/makalah/makalah-pencemaran-pestisida/

Karyadi. 2008. Dampak Penggunaan Pupuk dan Pestisida yang Berlebihan Terhadap Kandungan Residu Tanah Pertanian Bawang Merah di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal. Jurnal Agronomi, 26 (1): 12-22.

 

Mega, Reptiana Lilis. 2015. Kerusakan Tanah Akibat Penggunaan Pupuk Kimia Berlebih Pada Lahan Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Jember.

 

Mukti, Abdul. 2012. Etika Pengelolaan Lingkungan Hidup. Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya.

 

Nabila Nailatus Sakina. 2009. Pencemaran Tanah Oleh Pupuk. [Serial Online] https://ilmuwanmuda.wordpress.com/pencemarantanaholehpupuk/ Diakses 6 Maret 2015.

 

Romli,Musta’in. 2012. Dampak Negatif Pupuk Kimia Terhadap Kesuburan Tanah. Politeknik Negeri Lampung.

 

Wardhana, Wisnu Arya. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi.

 

0 comments:

Post a Comment

 
Dunia Pertanian © 2018